Three Billboards Outside Ebbing, Missouri (2017): Review

🌟🌟🌟🌟½

Genre komedi murni yang perlahan mulai kehilangan pamornya yang pernah begitu membahana beberapa tahun yang lalu, kini lebih sering menjadi bagian sampingan dibarengi dengan genre action sampai drama. Namun belakangan ada sebuah genre yang memang sudah lama berkecimpung di dunia perfilman tetapi masih termasuk kurang pemasok dibanding lainnya, yakni genre dark-comedy. Bayangkan saja film yang esensinya lucu tetapi mengenai kesedihan, kemarahan hingga masalah-masalah sensitif, itulah yang membuat dark comedy termasuk salah satu genre yang riskan dan terkadang enggan untuk dibuat. Tetapi setelah awal tahun lalu, ada "Get Out" yang dengan baik menyajikan keduanya dengan sempurna, kini ada Three Billboards Outside Ebbing, Missouri yang melanjutkan tradisi tersebut, bahkan dengan lebih banyak esensi humor yang tidak terucapkan alias non-verbal, yang mana lebih baik ketimbang humor-kata yang terkadang dipaksakan.

Mildred Hayes adalah single-mother yang masih saja meratapi kematian putrinya, Angela yang disebabkan oleh pemerkosaan dan pembunuhan tepatnya tujuh bulan yang lalu, yang mana sampai sekarang belum jelas arah investigasi kepolisian untuk menuntun pada pembunuhnya. Kesal dengan hal tersebut, dia kemudian menyewa tiga papan reklame yang berada dekat rumahnya, di batas kota Ebbing, Missouri, dan memajang tiga kalimat masing-masing di papan tersebut yang bertuliskan: "Diperkosa sampai mati", "Sampai sekarang pelakunya belum ditangkap?", dan "Bagaimana hasilnya, Willoughby?" yang kemudian menimbulkan kontroversi dari warga, termasuk para petugas kepolisian dan tentunya sang sheriff sendiri, Bill Willoughby. Walau Willoughby menyadari akan kegelisahan yang dirasakan Mildred, dia merasa apa yang diperbuatnya lewat papan reklame adalah ketidakadilan dan satu-satunya menghentikannya ialah dengan mencari pelakunya. Namun tak semudah itu karena Willboughby pun bergejolak dengan masalah pribadi sementara Mildred pun harus menangani masalah "jadi pembicaraan" warga sampai biaya penyewaan papan reklame tersebut.

Seperti yang saya singgung tadi, film ini penuh dengan "kesedihan" karena melibatkan tema tentang pembunuhan, pemerkosaan, kekerasan, kemarahan, kesedihan hingga balas dendam tetapi saya bisa dibilang cukup banyak tertawa sepanjang film yang menunjukkan film ini berhasil menunaikan tugasnya sebagai dark-comedy. Ada beberapa adegan yang begitu membekas pada film ini seperti saat Mildred menceramahi balik sang pendeta soal "grup" dan kesalahan yang menyeret semua anggota grup; hingga cacian yang dilontarkan pada sang koresponden berita. "This ain't put an end to sh*t, you f*cking retardist. It's just a f*cking start. Why don't you put that on your 'Good Morning Missouri, F*ckin Wake Up' broadcast, bitch" tak berhenti membuat saya tertawa dan mengulang adegan tersebut. McDormand, Harrelson sampai Sam Rockwell memberikan penampilan yang solid. Cerita yang memiliki premis simpel ternyata memiliki banyak kejutan disepanjang film. Ini salah satu film terbaik penutup tahun yang menjadi kontender kuat dalam peraih Piala Oscars Maret mendatang.


🎥 ABOUT
————————————————
Genre: Drama, Crime
Director: Martin McDonagh
Cast: Frances McDormand, Woody Harrelson, etc.
Runtime: 115 minutes
Production: BluePrint Pictures
MPAA Rating: R (Adult)

Komentar

Postingan Populer